KONSEP ZERO RUNOFF PADA KOTA MODERN

 

Urbanisasi pesat di berbagai belahan dunia menimbulkan tantangan besar dalam pengelolaan air hujan. Kota-kota modern cenderung memiliki permukaan kedap air yang luas, seperti jalan beraspal, beton, dan bangunan tinggi, sehingga infiltrasi alami berkurang drastis. Akibatnya, air hujan yang tidak terserap menimbulkan runoff (aliran permukaan) berlebih yang berkontribusi pada banjir perkotaan.

Sebagai solusi, lahirlah konsep Zero Runoff City atau kota dengan limpasan nol, yakni strategi tata kota yang berupaya menahan, menyimpan, dan memanfaatkan seluruh air hujan di tempat jatuhnya sehingga tidak ada aliran keluar berlebihan ke sistem drainase kota.

Apa Itu Zero Runoff?

Zero Runoff adalah konsep yang memastikan bahwa volume air hujan yang jatuh di suatu kawasan tidak langsung dialirkan keluar, melainkan:

  • Diserap ke tanah melalui sistem resapan.
  • Ditampung sementara dalam kolam retensi, sumur resapan, atau tangki bawah tanah.
  • Digunakan kembali untuk kebutuhan non-potable seperti irigasi taman, pendinginan gedung, hingga penyiraman jalan.

Dengan pendekatan ini, air hujan dipandang bukan sebagai ancaman, melainkan sumber daya berharga.

Pentingnya Konsep Zero Runoff di Kota Modern

1. Mengurangi Risiko Banjir

Menurut World Bank (2021), lebih dari 50% populasi dunia tinggal di perkotaan, dan angka ini diperkirakan naik hingga 70% pada 2050. Dengan peningkatan kawasan terbangun, banjir perkotaan akan semakin sering terjadi jika tidak ada manajemen air hujan berkelanjutan. Zero Runoff membantu menurunkan debit puncak aliran ke sungai dan drainase.

2. Mendukung Ketahanan Air

Data UNESCO (2020) menunjukkan 2,3 miliar orang di dunia hidup di daerah dengan kelangkaan air. Dengan memanen air hujan, kota dapat menambah cadangan air alternatif, sehingga mengurangi tekanan pada sumber air tanah dan sungai.

3. Mengurangi Efek Pulau Panas Perkotaan

Area hijau yang menjadi bagian dari sistem Zero Runoff, seperti green roof dan taman hujan (rain garden), membantu menurunkan suhu kota dan meningkatkan kualitas udara.

Strategi Penerapan Zero Runoff

Ada berbagai teknologi dan pendekatan yang bisa diterapkan di kota modern, antara lain:

1. Sumur Resapan & Biopori

Meningkatkan infiltrasi air hujan langsung ke tanah.

2. Green Roof & Vertical Garden

Menyerap air hujan di atap bangunan sekaligus mengurangi panas permukaan.

3. Permeable Pavement

Menggantikan aspal/beton dengan material berpori sehingga air dapat meresap.

4. Kolam Retensi & Wetland Buatan

Menyimpan air hujan dalam skala besar sebelum dilepaskan atau digunakan kembali.

5. Rainwater Harvesting System

Menampung air hujan dari atap gedung dalam tangki bawah tanah untuk pemanfaatan non-konsumsi.

Studi Kasus Penerapan Zero Runoff

1. Singapura: Active, Beautiful, Clean Waters (ABC Waters)

Singapura sukses menerapkan konsep Zero Runoff dengan mengintegrasikan sistem drainase, kanal alami, dan ruang hijau perkotaan. Setiap bangunan baru diwajibkan memiliki fasilitas retensi air hujan.

2. Tokyo, Jepang

Tokyo mengembangkan sistem rainwater harvesting di gedung-gedung publik. Stadion Tokyo Dome, misalnya, mampu menampung 1.400 m³ air hujan yang digunakan untuk menyiram taman dan toilet.

3. Berlin, Jerman

Berlin memanfaatkan green roof policy, di mana atap hijau menjadi keharusan pada pembangunan baru. Hal ini berhasil mengurangi aliran permukaan hingga 30% di beberapa distrik.

Data dan Proyeksi Global

Menurut UN-Habitat (2019), kota dengan sistem drainase konvensional berpotensi kehilangan hingga 70% air hujan sebagai limpasan.

EPA (Environmental Protection Agency, 2020) melaporkan bahwa penggunaan permeable pavement dapat mengurangi runoff hingga 90% pada kawasan perkotaan padat.

Di Indonesia, studi Kementerian PUPR (2022) menunjukkan bahwa penerapan sumur resapan di Jakarta mampu menurunkan risiko genangan hingga 25% pada musim hujan.

Tantangan Implementasi

Meskipun menjanjikan, konsep Zero Runoff menghadapi beberapa kendala, antara lain:

  1. Biaya investasi awal cukup tinggi untuk infrastruktur hijau.
  2. Keterbatasan ruang kota di daerah dengan kepadatan tinggi.
  3. Kurangnya regulasi dan insentif bagi masyarakat maupun pengembang.
  4. Perawatan berkelanjutan yang memerlukan koordinasi antara pemerintah dan warga.

Konsep Zero Runoff bukan sekadar pendekatan teknis, melainkan paradigma baru dalam pembangunan kota berkelanjutan. Dengan menahan, menyerap, dan memanfaatkan air hujan di tempat jatuhnya, kota modern dapat:

Studi kasus di Singapura, Tokyo, dan Berlin membuktikan bahwa konsep ini dapat diterapkan dengan sukses jika didukung regulasi, teknologi, dan partisipasi masyarakat.

Di masa depan, Zero Runoff berpotensi menjadi standar global dalam perencanaan kota, sejalan dengan tantangan perubahan iklim dan urbanisasi.

Post a Comment for "KONSEP ZERO RUNOFF PADA KOTA MODERN"